Pagi itu, menggunakan dua sampan kami menyusur sungai Batanghari Leko di Kab Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Pak Idris mengantar kami menuju lokasi di mana pohon sialang berada. Pohon sialang adalah sebutan bagi pohon yang dihuni oleh lebah hutan Apis dorsata. Ada beberapa jenis pohon yang biasa dihuni oleh lebah dorsata, seperti rengas, manggris, dan aro. Perjalanan menyusuri sungai kurang lebih satu jam, kemudian dilanjutkan jalan kaki menembus rimba. Tak lama kemudian satu pohon sialang pun kami jumpai.
Pohon sialang dimiliki satu orang atau satu keluarga. Pemilik pohon sialang adalah dia yang pertama kali menemukan pohon tersebut. Dalam satu pohon jumlah sarang bisa mencapai lebih dari 200 sarang. Produktivitas madu pada tiap sarang bervariasi. Sebuah sarang yang bagus bisa menghasilkan 20 kg madu, atau bahkan lebih. Kalau tak beruntung mungkin hanya 5 kg atau bahkan kurang. Karena nilai ekonomi yang cukup tinggi maka pohon sarang akan dijaga siang malam secara bergantian. Petugas jaga mengamankan sarang-sarang lebah dari pencuri. Bukan cuma manusia tapi juga beruang, monyet, dan elang.
Pemanenan madu dilakukan pada siang hari, menggunakan pakaian 3 lapis. Pemanjat akan memasang paku atau pasak sebagai pijakan untuk naik. Sesuatu yang bisa membuat ngilu bagi orang awam hanya dengan melihat pijakan-pijakan kaki tersebut. Satu sarang bisa dipanen 3 kali dalam satu musim. Itu hanya bisa diperoleh jika pemotongan sarang hanya pada bagian kepala yang merupakan simpanan madu lebah. Masyarakat di sini memiliki kebiasaan menyisihkan sisiran madu selebar dua jari sebagai cadangan makanan bagi anakan lebah. Kebiasaan ini bertujuan untuk menjaga kelastarian koloni lebah sendiri.